awal hari raya Idul Adha
Di pagi yang cerah semua pegawai Bank Lampung Metro sudah berkumpul di ruangan Banking Hall dalam rangka mengikuti acara Istiqosah yang rutin dilakukan setiap awal bulan. Dalam tausyiahnya Bapak Ust. Khamis Lihan memberikan banyak nasihat tentang tauhid dan makna kesabaran.
Pengorbanan Nabi Ibrahim adalah merupakan tonggak sejarah awal adanya hari raya Idul Adha (Hari Qurban) yang setiap tahunnya diperingati oleh Umat Islam di seluruh dunia. Sesungguhnya rangkaian ibadah haji di tanah suci Mekkah dan juga pelaksaanan ibadah qurban, adalah ritual syariat yang sangat berhubungan erat dengan kisah dan sejarah Nabi Ibrohim as. Momentum Idul Adha ini, memang sudah seharusnya membawa kitabula kembali kepada lembaran kisah Nabi Ibrahim as, untuk kemudian menjadikannya teladan dalam kehidupan kita dan anak cucu kita kelak.
Makna Arti Sabar
Secara syariat, pengertian sabar adalah menahan diri dari hal yang tidak diridhai Allah SWT, sehingga melaksanakan hal yang diridhai Allah swt. Oleh karena itu, sabar diperlukan dalam melaksanakan setiap perintah Allah.
Ismail berusia belia ketika memulai perjalanannya menuju Allah SWT.
Ibunya membawanya dan menidurkannya di atas tanah, yaitu tempat yang
sekarang kita kenal dengan nama sumur zamzam dalam Ka'bah. Saat itu
tempat yang dihuninya sangat tandus dan tidak ada di sana setetes air
pun di tempat itu.
Nabi Ibrahim meninggalkan istrinya, Hajar, bersama anaknya yang kecil.
"Wahai Ibrahim kemana engkau hendak pergi dan membiarkan kami di lembah
yang kering ini?" Kata Hajar. "Wahai Ibrahim di mana engkau akan pergi
dan membiarkan kami? Wahai Ibrahim ke mana engkau akan pergi?" Si ibu
mengulang-ulang apa yang dikatakannya. Sedangkan Nabi Ibrahim diam dan
tidak menjawab.
Kita tidak mengetahui secara pasti bagaimana perasaan Nabi Ibrahim saat
meninggalkan mereka berdua di suatu lembah yang tidak ada
tumbuh-tumbuhan dan minuman. Namun karena Allah SWT telah
memerintahkannya untuk meninggalkan mereka di lembah itu, maka dengan
lapang dada Nabi Ibrahim melaksanakan perintah Allah SWT.
Ujian bagi nabi Ibrohim tidak hanya berhenti pada lingkungan yang keras,
tandus, atau tantangan dakwah dari masyarakat atau bahkan penguasanya,
namun juga ujian berupa datangnya perintah yang sangat berat dari Allah
SWT, yaitu menyembelih anak yang dicintainya dan dinanti-nanti
kehadirannya sejak lama. Al-Quran begitu indah menggambarkan dialog
antara Nabi Ibrahim dan Ismail ketika itu :
"Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".(QS Ash Shaffat [37]:102).
Dalil mengenai berkurban dan keutamaan berqurban adalah seperti yang tercantum dalam sejarah disyariatkan berkurban ini adalah merupakan bagian dari sejarah dan pelajaran serta ibrah dari kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Allah memerintahkan bapak para nabi, Ibrahim ‘alaihissalam untuk menyembelih putranya Ismail, maka beliau dengan serta merta memenuhi perintah Allah dengan tanpa ada keraguan. Maka sebagai ganti Nabi Ismail Allah menurunkan dari langit :"Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. "(Q.S Ash-Shaffat 107).
Betapa beratnya cobaan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada Ibrahim ‘alaihissalam serta betapa besarnya pengorbanannya sebagai bentuk pembuktian dirinya sebagai hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang berserah diri sepenuhnya, dan sebagai khalilullah yang memurnikan kecintaannya hanya untuk-Nya. Dan ini menunjukkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa memberikan cobaan kepada hamba-hamba-Nya dengan berbagai jenis cobaan, untuk membuktikan keimanan hamba tersebut. Kisah Penyembelihan Nabi Ismail a.s. yang sampai saat ini masih terus memberikan ibrah dan pelajaran serta hikmah yang sangat banyak bagi kita umat islam
Ibrahim ‘alaihissalam akhirnya memang tidak melaksanakan penyembelihan terhadap anaknya, sebab Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan ujian tersebut bukan dalam rangka mewujudkan penyembelihan terhadap anaknya tersebut, namun semata-mata untuk membuktikan kecintaan Ibrahim ‘alaihissalam yang murni hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sungguh teramat banyak kisah perjuangan yang dialami nabi Ibrahim as. Kesabaran dan pengorbanannya begitu banyak digambarkan secara terserak dalam ayat-ayat Al-Quran. Dari mulai masa mudanya yang dihabiskan untuk berdakwah kepada umatnya yang masih bergelimpang dalam kemusyrikan, bahwa keluarga terdekatnya sendiri adalah pembuat berhala yang dipuja-puja dan disembah masyarakatnya. Belum lagi saat berhadapan dengan kesombongan Raja Namrud, hingga berujung pada peristiwa pembakaran diri beliau, yang kemudian diselamatkan oleh Allah SWT, yang dengan kuasanya menjadikan api yang membakar dirinya menjadi dingin dan menyelamatkan. Allah SWT berfirman : "Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim".(Al-Anbiya 69).
Demikianlah, beberapa pelajaran yang bisa dipetik dari kisah Nabi Ibrahim as. Kita pun bisa mengusahakannya. Letak sabar adalah hati. Hati manusia bukan milik manusia. Kadang manusia bersedih tanpa diinginkannya. Kadang manusia ingin bersemangat dalam bekerja, tapi tiba-tiba kendur. Hati adalah milik Allah swt. Allah-lah yang berkuasa membolak-balikkan hati sekehendak-Nya. Kalau demikian, ketika ingin sabar, yang bisa dilakukan manusia adalah mensuasanakan hatinya sehingga sabar itu hadir dalam hati. Bagaimana caranya?
Kalau kita cinta kepada Allah swt., kita akan melaksanakan semua yang diinginkan-Nya. Kalau kita takut kepada neraka Allah swt., kita akan melakukan apa saja yang dapat melindungi diri kita dari siksaannya. Kalau kita yakin kematian pasti akan datang sewaktu-waktu, kita tidak akan menyia-nyiakan sedikitpun kesempatan mencari bekal untuk perjalanan akhirat. Kalau kita mengakui banyaknya nikmat-nikmat dari Allah swt. yang kita rasakan, kita akan malu dengan ibadah-ibadah kita yang sedikit.